Indonesia Ajak G20 Menjadi Teladan dan Solusi Global di Tengah Ketidakpastian Dunia

By Admin

nusakini.com--“Sejak 2008, masyarakat dunia melihat ke G20 sebagai rujukan dalam menghadapi berbagai tantangan gobal. Oleh karena itu, G20 harus memimpin dengan keteladanan, dan selalu berupaya menjadi solusi permasalahan global," ujar Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, dalam Pertemuan Para Menlu G20, di Palacio San Martin, Buenos Aires, Argentina belum lama ini. 

Menlu Retno berbicara dalam sesi pertama pertemuan Menlu G20 dengan tema “Multilateralism and Global Governance". Mengawali pernyataannya, Menlu RI menekankan mengenai pentingnya multilateralisme. 

Selanjutnya, Menlu Retno bicara mengenai pentingnya G20 dalam menciptakan keseimbangan antara kepentingan negara maju dan negara berkembang. Untuk itu, ia menekankan perlunya G20 untuk meningkatkan upayanya dalam menyelesaikan pembahasan berbagai isu strategis global seperti reformasi sistem finansial internasional, memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka, adil transparan, dan mengimplementasikan climate finance commitment.  

Menlu Retno juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas tata kelola di G20. Ia juga meminta agar negara anggota G20 konsisten mengimplementasikan komitmen dan resolusi yang telah disepakati. 

“Sudah saatnya negara anggota membuat sistem tata kelola G20 yang lebih ringkas, substantif, akuntabel, dan transparan," tuturnya. 

Sementara itu, pada sesi kedua yang mengambil tema “Action for a Fair and Sustainable Development", Menlu Retno mengangkat dua topik penting, yakni antisipasi dampak kemajuan teknologi bagi lapangan kerja, serta pentingnya upaya kerja sama pembangunan infrastruktur, khususnya pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur. 

Menlu Retno menyampaikan bahwa kemajuan teknologi memberikan dampak, baik positif maupun negative, kepada lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, menjadi tugas negara G20 untuk memastikan kemajuan teknologi tidak mengakibatkan warga terpinggirkan, khususnya para pemuda. 

Dalam konteks tersebut, Menlu Retno mengusulkan agar G20 membentuk framework kerja sama guna membangun ekonomi berdasakan teknologi yang dapat mendorong keadilan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ia menyampaikan bahwa hal ini dapat dicapai termasuk melalui pemberdayaan UMKM, ekonomi digital, dan peningkatan pendidikan vokasi. 

“Kita paham akan dampak positif dan negatif teknologi terhadap lapangan pekerjaan. Adalah tugas kita untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang terpinggirkan, apalagi tertinggal," ujar Menlu Retno. 

Terkait dengan pembangunan infrastruktur, Menlu Retno menyebutkan bahwa infrastruktur menjadi titik persilangan antara pertumbuhan, produktivitas, penciptaan lapangan kerja, serta pengentasan kemiskinan. Seraya menyebutkan berbagai upaya keras Presiden Joko Widodo untuk mendorong pembangunan infrastruktur, Menlu Retno mengingatkan bahwa G20 perlu membantu mengurangi celah (gap) pembiayaan pembangunan infrastruktur. 

“Kita harus mampu menciptakan mekanisme pembiayaan yang lebih inovatif," kata Retno. 

Di sela-sela pertemuan G20 hari kedua, Menlu RI juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu Australia, Julie Bishop; Menlu Jepang, Taro Kono; Menlu Arab Saudi, Adel bin Ahmed Al Jubeir; dan Menlu Inggris, Boris Johnson. 

Dalam pertemuan dengan Menlu Australia, kedua Menlu sepakat pentingnya untuk meningkatkan kerja sama melawan terorisme. Selain itu, kedua Menlu juga membahas berbagai upaya peningkatan kerja sama bilateral, termasuk upaya untuk menyelesaikan perundingan CEPA pada tahun ini. Terkait situasi kawasan dan global, kedua Menlu membahas perkembangan pengungsi dari Rakhine State dan dampaknya ke kawasan, persiapan KTM Bali Proses, dan rencana pelaksanaan World Ocean Conference di Indonesia. 

Bersama Menlu Jepang, Menlu RI membahas rencana kunjungan Menlu Jepang ke Indonesia pada akhir bulan Juni 2018. Selain itu, kedua Menlu juga membahas mengenai situasi di Palestina, khususnya berkurangnya dana bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Palestina. Dalam kaitan ini, kedua Menlu sepakat untuk meningkatkan dukungan kepada Palestina, khususnya melalui CEAPAD. Menlu Retno menyampaikan harapannya agar Jepang tidak mengikuti langkah AS untuk membuka kedutaan besar di Yerusalem. Lebih lanjut, kedua Menlu juga bertukar pikiran mengenai konsep Indo-Pasifik dan peran sentralitas ASEAN di kawasan. 

Dalam pertemuan dengan Menlu Arab Saudi, kedua Menlu membahas upaya untuk meningkatkan pelayanan bagi jemaah Haji Indonesia. Selain itu, keduanya juga membahas perkembangan situasi di Palestina. Dalam kaitan ini, Menlu Retno kembali menekankan pentingnya negara anggota OKI mendukung upaya kemerdekaan Palestina. Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan kepada Indonesia untuk menjadi anggota Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.  

Sementara itu, dalam pembicaraan dengan Menlu Inggris, Menlu Retno membahas berbagai perkembangan kawasan dan global, seperti perkembangan di Palestina dan Rakhine State. Dalam kesempatan tersebut, Menlu Inggris menyampaikan keinginannya untuk dapat berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat. Di sisi lain, Menlu Retno menegaskan komitmen Indonesia untuk terus menjadi kontributor perdamaian dunia, sejalan dengan upaya pencalonan RI sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020.(p/ab)